Cari Blog Ini

Selasa, 14 Desember 2010

Di Dalam Dzikirku



Di dalam dzikirku, aku mengalami sebuah perjalanan yang begitu panjang yang aku sendiri belum mengetahui arti perjalananku itu. perjalan dzikir pertama yang aku alami.
Perjalanan ini begitu luar biasa bagiku yang mungkin dianggap tidak masuk akal bagi kebanyakan orang awam, karena perjalanan ini adalah salah satu bentuk
terawangan dari dzikirku.
Aku tidak tahu harus memulai ceritanya dari mana, tapi aku akan mencoba untuk
menceritakankan kepada anda semua dan saya harap anda memberi masukan.....

Malam itu angin berhembus dan membelai dengan lembut, bintang-bintang menampakkan wajahnya yang begitu anggun, dan sang rembulan yang menyinari dengan kasih sayang disebagian bumi yang gelap. Kami yang berjumlah 13 orang berkumpul di teras rumah panggung yang terbuat dari kayu jati itu, untuk melakukan dzikir bersama dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada sang khalik yaitu Allah SWT.
Suasana begitu tenang dan suara hewan-hewan malamlah yang hanya kami dengar. Lampu-lampu rumah sudah kebanyakan padam karena waktu telah menunjukkan pukul 23.00 WITA. Dimana kebanyakan orang sudah menikmati mimpi indahnya. Tapi pada waktu 23.00 WITA itu kami masih asyik-asyiknya mendengarkan arahan dari amiirun (pemimpin) dzikir karena dzikir bersama akan dimulai pukul 00.00 WITA. Kami diberi arahan agar didalam dzikir nanti jangan ada yang bermain-main dan semua harus khusyu' dan fokus terhadap kebesaran Allah SWT. Kamipun di ajarkan susunan Dzikir yang akan kami ucapakan dimana susunan dzikir tersebut adalah :
1. Mengucapkan Basmalah
2. Mengucapkan Shalawat kepada Rasul Allah SWT Nabi Muhammad SAW
3. Membaca Surat Al-Fatihah
4. Mengucapkan SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH
WALAILAHAILLALLAH WALLAHU AKBAR sampai selesai.
Waktu telah menunjukkan pukul 00.00 WITA, dimana kami telah wudhu dan telah duduk dengan teratur berbentuk lingkaran. Dzikir dimulai dipimpin oleh amiirun dzikir. Pada saat mengucapkan basmalah sampai membaca surat al-fatiha saya merasakan biasa-biasa saja, akan tetapi setelah saya memulai melantunkan kalimat dzikir lengkap itu, perasaan saya mulai berubah yang awalnya begitu gelisah menjadi sebuah ketenangan yang sangat susah untuk dibahasakan.
Awal dzikir itu saya tidak mau untuk menutup mata walaupun saya sudah disarankan oleh amiirun agar bisa lebih khusyu, tapi setelah saya mulai merasakan ketenangan tersebut mata ini mulai terpejam dan meneteskan air mata rindu terhadap sang Khalik.
Saya tidak tahu kenapa dalam keadaan mata tertutup, saya bisa melihat keadaan disekitar rumah itu sangat begitu jelas, tiba-tiba saya rumah itu bergetar, dan dari sebelah kananku muncul angin yang begitu jelas dan kencang, sebelah kiri muncul air dari atas muncul api dan dari bawah muncul tanah. Keempat unsur itu menjadi satu dan mengitari rumah tersebut. Setelah itu muncullah empat makhluk bersosok manusia tinggi dan besar, mereka berempat sangat gagah dan berpenampilan hebat, mereka berpakaian rapih dan bersih. Tapi mereka hanya sebentar karena muncul lagi seseorang yang berpakaian putih bersih yang memegang tanganku dan membawaku kesuatu tempat. Saat itu saya tidak merasakan lagi orang-orang yang ikut dzikir di sekitar saya, yang membuat saya tidak bisa merasakannya karena saya telah berada di suatu tempat di mana saya tidak tahu keberadaan tempat tersebut.

Saya cuman mengatakan didalam hati "dimana ini?, perasaan saya sedang melakukan dzikir bersama". Sambil mencubit tangan dan mengusap-usap kedua mata saya. Tapi tetap tidak terjadi apa-apa. Saya melihat keadaan di sekeliling dan ternyata saya melihat banyak orang yang melayang-layang di udara menuju satu titik cahaya didepan. Dan saya melihat diri saya sendiri ternyata saya juga sedang melayang diatas padang pasir yang begitu luas dan tak bisa terlihat ujung dari gurun pasir tersebut. Yang membuat saya kaget adalah orang-orang yang merayap di atas pasir menuju ke cahaya tersebut, karena selain mereka merayap begitu lambat, mereka juga merayap di atas pasir yang sangat panas "MASYA ALLAH".

Di tengah perjalanan terbang saya kecahaya tersebut. (*1)Tiba-tiba keadaan di sekitar saya berubah menjadi angin yang begitu besar dan saya adalah salah satu bagian dari angin yang besar itu. Saya menghantam rumah-rumah penduduk dan rumah-rumah tersebut menjadi hancur berantakan dan mengambil banyak korban jiwa. Saya tidak tahu dimana tempat ini, saya tidak pernah melihat tempat ini. Saya hanya menangis ketakutan karena sayalah yang menjadi angin dan menghancurkan mereka dan saya tidak bisa mengontrol untuk tidak melakukannya. Dalam keadaan menangis saya mendengar suara yang begitu lembut dan halus yang berkata "Jangan takut, sudah sepantasnya mereka mendapatkan hal tersebut karena mereka adalah orang-orang yang ingkar"
Setelah saya menghancurkan desa tersebut tanpa saya bisa mengontrolnya, keadaan disekitar saya berubah lagi. Saya berada diatas kapal laut dari kayu berukuran sedang dan disekeliling saya juga sangat banyak kapal laut yang mulai dari ukuran paling kecil sampai yang sangat-sangat besar. sekali lagi saya beserta kapal-kapal tersebut menuju ke satu arah yaitu satu titik cahaya yang sangat terang benderang. Di atas kapal itu saya duduk paling depan sambil memegang bendera yang bertuliskan kalimat TAUHID. Saya memandang kebelakang dan ternyata saya tidak sendirian di atas kapal tersebut, di belakang saya banyak orang yang berdiri sambil berdempet-dempetan. Ada beberapa orang tersebut yang saya kenal wajahnya dan mereka adalah teman-teman dekat saya.
Pada saat saya kembali menatap kedepan, (*2)keadaan tersebut berubah menjadi air bah yang begitu besar dan sekali lagi saya adalah bagian dari air tersebut dan sekali lagi saya tidak bisa mengontrolnya untuk tidak menghancurkan sebuah desa. Sambil menghancurkan desa saya menangis memohon ampunan dari Allah SWT. dan suara itu muncul lagi dengan kalimat yang berbeda "jangan takut, sudah sepantasnya mereka mendapatkan hal tersebut karena mereka adalah orang-orang yang lalai dan takabbur"
Setelah itu keadaan berubah lagi, saya berdiri di tengah-2 padang rumput yang terhampar sangat luas yang tidak terlihat ujungnya. Saya ingin keluar dari padang rumput itu tapi saya tidak tahu jalan mana yang harus saya lalui, karena jalan setapak di padang rumput itu sangat banyak, ada yang berkelok-kelok, ada yang awalnya saja lurus tapi ditengah jalan ternyata bercabang.
Di tengah kebingunggan, keraguan, dan keputusasaanku aku memanjatkan doa agar aku diberi penuntun dan petunjuk yang baik. Setelah aku berdoa, muncullah seorang manusia yang menggunakan pakaian serba putih dan bercahaya sambil tersenyum. Wajahnya tak bisa aku lupakan dan tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata. Saat aku melihatnya dan ketika aku mau bertanya "siapa kamu?" Dia langsung berkata "AKU NABIMU NABI ALLAH SWT, AKU MUHAMMAD" Aku begitu kaget dan sangat rindu kepadanya dan aku sangat ingin memeluknya tapi niatku itu tidak bisa kulakukan karena terhalang oleh ucapannya "GUNAKANLAH WAKTUMU SEBAIK-BAIKNYA, KARENA WAKTUMU SANGATLAH SINGKAT, IKUTILAH JALAN HATIMU KARENA ITULAH YANG SUCI DAN BENAR, KAMU HARUS LEWAT JALAN INI" Sambil menunjuk sebuah jalan yang sangat bersih dan lurus tanpa belokan satupun. Pada saat itu saya tersadar ternyata diantara ribuan jalan hanya ada satu yang bersih dan lurus.

Tanpa berfikir panjang aku memilih jalan itu, dan saat aku ingin berpamitan kepada penuntunku yang mulia, aku tidak melihatnya lagi karena dia telah menghilang dari tempatnya dia berdiri. akhirnya aku berjalan menyusuri jalan yang bersih dan lurus itu.
Di tengah perjalananku yang sudah sangat jauh dari tempatku tadi memulai, keadaan berubah lagi. aku berada di tempat yang gelap dan dipenuhi oleh bintang-bintang dari kejauhan aku melihat sebuah bola berwarna biru yang menuju kearahku, aku meraih dan memegangnya, aku kaget dan takjub karena ternyata yang kupegang ini bukanlah sebuah bola biasa melainkan bola dunia (bumi). Akan tetapi bumi itu berukuran kecil yang sangat muat dan pas di tangan kananku. Bumi itu berputar pada porosnya diatas tanganku. warna putih yang seperti awan yang berada di bumi itu bergerak ke satu arah. Ada sisi bumi yang terang dan yang gelap.

Saat aku masih menikmati keindahan bumi ini, keadaan berubah lagi. Aku dihadapkan sebuah kursi yang sangat besar dan megah, kursi itu begitu besar karena ujung sandaran kepalanya aku tak bisa melihatnya diatas, begitupun dengan ujung kaki kursi, sandaran tangannya baik yang kanan maupun yang kiri, semua tidak bisa aku lihat. Tiba-tiba cahaya yang sangat sangat besar muncul dan aku sangat ketakutan terhadap cahaya tersebut, dan akupun tersujud memohon ampun. Di sujudku itu aku berdzikir, dan tanpa sadar akupun kembali ditempatku tadi berdzikir diteras rumah panggung dalam keadaan sujud, menetesakan air mata dan melafalalkan dzikir LAILAHAILLALLAH.
Aku disadarkan oleh beberapa teman-2ku. aku duduk terdiam dan hanya bisa mengucapakan "SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALAILAHAILLALLAH WALLAHU AKBAR LAHAULA WALAKUATA ILLAHBILLAH"
Dzikirku telah selesai tepat jam 04.00 WITA (subuh hari). dan perjalanan dzikirku ini tidak bisa aku lupakan sampai saat ini
Ket:
(*1) & (*2)
--> Tiga hari setelah itu aku melihat berita bencana alam di televisi, yaitu beberapa daerah di indonesia terkena musibah angin puting beliung dan banjir bandang, dan ternyata 2 dari daerah itu adalah daerah yang hancur oleh angin dan air di dalam perjalanan dzikirku.
CERITAKU INI BUKAN UNTUK MENSESATKAN SIAPAPUN, CERITAKU INI HANYALAH PERJALANAN GHAIB YANG AKU JALANI DALAM KEADAAN BERDZIKIR. CERITAKU INI HANYA UNTUK MEMINTA PENDAPAT DAN SARAN ANDA
TERIMA KASIH DAN WASSALAM

3 komentar:

  1. Subhnallah, andai aku bisa menatap rasulullah SAW, sungguh beruntung engkau ukhti..
    Salam persaudaraan..

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah anna juga sudah bertemu dengan insan kamil^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir dan membaca postinganku... :)

      Hapus